PERJALANAN ARWAH ORANG MATI
Pdt. Timotius bakti Sarono,M.Th
(Artikel ini ditulis untuk mengenang Pdm. Matius Maddin Simorangkir
yang telah dipanggil Tuhan 28 Juli 2018)
Manusia hidup untuk mati jadi siapa yang berani hidup harus berani mati namun jika tidak berani mati jangan pernah hidup. Namun persoalan mendasar banyak orang tidak mau menyadari bahwa kematian itu seiring sejalan dengan kehidupan. Bak sepasang sepatu kematian dan kehidupan berjalan beriringan. Jika kehidupan sudah lelah atau selesai tidak berdaya maka kematian akan melanjutkan tugasnya menjalani kehidupan di alam yang berbeda. Jadi harus disadari bahwa kematian adalah sebuah kepastian yang tidak bisa ditawar-tawar akan datang menjemput siapapun juga.
Sebagaimana orang hidup di bumi ini harus dilahirkan maka untuk bisa mencapai keabadian orang harus mengalami proses kematian. Jalan yang terbentang luas dan tanpa batas di alam sana membuktikan betapa sempitnya kehidupan di bumi ini. Orang akan sadar bila dipertontonkan peti mati dan realitas penyakit membahayakan. Namun mereka yang hidup serba mewah sering kali melupakan inti dari kehidupan itu sendiri yakni kematian. Salomo mengingatkan bahwa : Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.[1]
TARING KEMATIAN
Pdt. Timotius Bakti Sarono,M.Th
Ulangan 30:19 Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,
Banyak orang menganggap dirinya dewa-dewa yang berkeliaran di bumi seolah-olah tidak akan pernah mati. Padahal setiap detik yang terbentang di depan mata, kematian mengintip bagaikan taring singa yang siap mencabik-cabik menghantarkannya ke alam kekekalan atau kebinasaan. Masalah utama ketidaksadaran seseorang terletak bagaimana ia memiliki pola hidup yang arogan seolah-olah tidak butuh Tuhan dan hal yang paling mengerikan bahwa ia seorang yang menolak keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus Yesus di atas Kayu salib.
Mau ngomong apa singa yang mengaum-ngaum itu akan menjadi kucing yang manis bila seseorang mempercayai Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat pribadinya karena hanya Dialah Isa Almasih Putra Maria yang mampu mengubah ratapan itu menjadi tari-tarian. Dengan kata lain bahwa kematian bukanlah sebuah momok yang menakutkan melainkan panggilan untuk memasuki kemuliaan Bapa di Sorga. Kematian bukan lagi sebuah musibah melainkan anugerah untuk memperoleh kebahagiaan (Wah 14:13) dan keuntungan abadi (Fil 1:21).
Tulisan ini tidak dimaksud untuk kita focus kepada kematian nanti melainkan untuk kita bisa focus terhadap kehidupan "di jaman now" untuk selalu berusaha on the track dalam kebenaran dan sikap hidup yang selalu on air di hadiratNya sambil menjaga tetap on fire dalam menyenangkan Sang Empunya Sorga. Jika hal tersebut terjadi selama kita hidup maka hasilnya akan menjadikan diri ini humble bukan malah over confidence yang selalu underistimate terhadap orang lain. Kita menyadari bahwa siapapun kita, sekaya apapun dan sehebat apapun setiap orang akan berada di titik yang sama yakni menghadapi taring kematian.
Perbedaan yang begitu jelas dan sangat mencolok bagi yang sudah hidup dalam kebenaran Kristus Yesus dan mereka yang masih ada di luar sana. Bagi mereka yang menolak keselamatan bila tiba saatnya ajal menjemput, analoginya singa dengan taring tajam akan menerkamnya dengan mencabik-cabik dan melumatnya sehingga hari-hari akhirnya, akan terasa kesakitan yang luar biasa, dukacita yang mendalam disertai dengan ratapan dan memang ini ciri-ciri orang yang memasuki kebinasaan dengan ratap dan kertak gigi (Mat 8:12). Sebaliknya bagi mereka yang telah mendapatkan tiket sorga selama di bumi maka bukanlah kematian istilahnya melainkan berpulang ke rumah Bapa di sorga, bukan juga turut berduka cita melainkan selamat jalan saudaraku sampai bertemu kembali di Jalan Raya Sorga kekal RT Kelimpahan RW keberakatan nomor sukacita Daera Super Istimewa Kemuliaan Bapa code Pos 316
Read more: Detak Jantung Kematian - In Momoriam Maruli Simanjuntak